Skripsi “Kelas Dunia” vs “Kelas Kaleng”

Pernah nggak sih, kamu denger pepatah “Orang berpendidikan itu bukan cuma dilihat dari gelarnya, tapi juga dari cara dia berpikir, berbicara, dan menulis.” Pernyataan ini bukan cuma pepatah kosong. Seiring berkembangnya dunia, kita nggak cuma butuh gelar, tapi juga skill dan cara kita menerapkan ilmu yang kita punya.

Bayangin, deh, kalau kamu lagi nulis laporan tugas akhir atau skripsi. Dua orang, sama-sama ngambil topik yang sama, tapi hasilnya bisa beda jauh. Yang satu nulis dengan cara yang terstruktur, penuh data yang mendalam, serta penjelasan yang bikin pembaca berpikir, “Wow, ini keren banget!.” Sementara yang lain, nulis dengan gaya yang agak asal-asalan, data nggak cukup, dan penjelasannya pun pas-pasan. Padahal, keduanya sama-sama punya gelar Sarjana Teknik.

Dalam tulisan ini, kita bakal bahas perbedaan antara Skripsi dari Sarjana Teknik “Kelas Dunia” dan “Kelas Kaleng” dalam menulis laporan ilmiah. Biar nggak cuma pinter teorinya, tapi juga punya cara berpikir dan menulis yang berkualitas—sesuai dengan Standar Internasional Sarjana Teknik (Washington Accord/iabee.or.id)

Bab Pendahuluan

Sarjana Kelas Dunia menulis bab Pendahuluan dengan membahas isu kontemporer dan tren industri yang relevan dengan masalah yang akan diselesaikan, seperti mengutip data dan tren global, serta menjelaskan relevansi dengan konteks lokal. Mereka juga merumuskan masalah dengan jelas, mencakup latar belakang teknis, urgensi, dan pendekatan solusi.

Sarjana Kelas Kaleng tidak menyebutkan tren, data, atau konteks industri terkini. Mereka hanya menyampaikan masalah secara umum, tanpa penjelasan mendalam tentang latar belakang atau urgensinya.

Kelas DuniaKelas Kaleng
Dalam beberapa tahun terakhir, efisiensi energi telah menjadi fokus utama di sektor industri manufaktur, terutama seiring dengan meningkatnya biaya energi dan tekanan global terhadap emisi karbon (IEA, 2022). Sistem pendingin, sebagai salah satu komponen energi-intensif dalam proses produksi, memainkan peran kunci dalam konsumsi energi total pabrik.

Menurut laporan McKinsey (2021), potensi penghematan energi hingga 20% dapat dicapai dengan mengoptimalkan sistem HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning) melalui pendekatan berbasis data dan otomatisasi. Namun, banyak pabrik di Indonesia masih menggunakan sistem konvensional yang tidak adaptif terhadap fluktuasi beban produksi, sehingga menyebabkan pemborosan energi dan biaya operasional yang tinggi.

Studi ini bertujuan untuk merancang solusi berbasis rekayasa sistem guna mengoptimalkan kinerja sistem pendingin melalui pemodelan termal dan algoritma kontrol prediktif, yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan operasional pabrik.
Sistem pendingin sangat penting dalam pabrik karena berfungsi untuk menjaga suhu agar tetap stabil. Banyak pabrik memakai sistem pendingin untuk proses produksi. Jika tidak optimal, sistem pendingin bisa menyebabkan masalah.

Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas sistem pendingin agar bisa lebih baik. Penelitian dilakukan di sebuah pabrik manufaktur. Tujuan penelitian adalah untuk mencari cara agar sistem pendingin bisa digunakan secara lebih efisien.

Bab Tinjauan Pustaka

Sarjana Kelas Dunia menggunakan jurnal ilmiah terkini (5 tahun terakhir), standar internasional, atau solusi mutakhir yang relevan dengan permasalahan yang dibahas. Referensi yang digunakan berasal dari jurnal bereputasi dan standar teknis global, serta literatur yang secara langsung mendukung solusi yang diusulkan.

Sarjana Kelas Kaleng menggunakan referensi yang bersifat umum, tidak menyebutkan jurnal atau standar yang kredibel, dan mengandalkan sumber yang tidak jelas, seperti “buku umum” tanpa rincian. Literatur yang digunakan tidak terhubung langsung dengan masalah riset yang sedang dibahas.

Kelas DuniaKelas Kaleng
Penggunaan sistem pendingin yang efisien dalam industri manufaktur menjadi krusial dalam menekan konsumsi energi dan mengurangi emisi karbon. Studi oleh Zhang et al. (2021) menunjukkan bahwa penerapan algoritma kontrol prediktif berbasis model (Model Predictive Control/MPC) mampu meningkatkan efisiensi energi sistem HVAC hingga 18% dibandingkan metode konvensional. Selain itu, standar internasional seperti ASHRAE Standard 90.1-2019 memberikan pedoman teknis terkini mengenai efisiensi sistem pendingin di bangunan komersial dan industri.

Pendekatan berbasis Internet of Things (IoT) juga semakin sering digunakan untuk melakukan pemantauan dan pengendalian jarak jauh pada sistem pendingin (Lee et al., 2022), menunjukkan pergeseran dari sistem reaktif ke sistem yang lebih cerdas dan adaptif.

Kajian ini menjadi landasan penting dalam merancang sistem pendingin yang tidak hanya hemat energi, tetapi juga responsif terhadap dinamika operasional pabrik.
Beberapa penelitian telah membahas tentang sistem pendingin di pabrik. Sistem ini harus bekerja dengan baik agar suhu di dalam pabrik tetap stabil. Penelitian sebelumnya juga menyebutkan bahwa efisiensi energi itu penting, namun tidak semua sistem pendingin efisien.

Oleh karena itu, perlu dilakukan kajian lebih lanjut. Buku-buku teknik mesin juga banyak membahas tentang sistem pendingin. Namun, belum banyak yang membahas penerapan sistem pendingin yang hemat energi dalam pabrik di Indonesia.

Bab Dasar Teori

Sarjana Kelas Dunia menerapkan prinsip ilmiah dan rekayasa secara tepat dan mendalam, misalnya dengan menjelaskan first law of thermodynamics atau Model Predictive Control (MPC) secara rinci. Penjelasan prinsip dilengkapi dengan referensi ilmiah dan dikaitkan dengan konteks aplikasi yang relevan.

Sarjana Kelas Kaleng hanya menyebut prinsip secara umum tanpa penjelasan teknis yang mendalam. Teori dijelaskan secara terbatas, tidak didukung literatur yang kuat, dan tidak dikaitkan dengan konteks penerapannya.

Kelas DuniaKelas Kaleng
Sistem pendingin dalam industri manufaktur memainkan peran penting dalam menjaga kestabilan suhu dan kelembaban yang optimal di area produksi. Prinsip dasar yang digunakan dalam pengendalian suhu pada sistem HVAC (Heating, Ventilation, and Air Conditioning) mengacu pada first law of thermodynamics, yang menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan atau dihancurkan, hanya dapat diubah bentuknya.

Dengan memanfaatkan algoritma Model Predictive Control (MPC), kita dapat memprediksi dan mengontrol konsumsi energi secara efisien dengan meminimalkan fluktuasi suhu yang berlebihan, sehingga mengurangi pemborosan energi.

MPC mengoptimalkan penggunaan energi dengan merencanakan input kontrol masa depan berdasarkan model dinamis sistem, yang sesuai dengan prinsip kontrol optimal dalam rekayasa industri (Camacho & Bordons, 2013). Implementasi teknik ini didukung oleh teori sistem terbuka dalam thermodinamika dan teori kendali optimal, yang keduanya berfungsi untuk mencapai efisiensi energi yang lebih tinggi dalam sistem pendingin industri.
Sistem pendingin digunakan untuk menjaga suhu di pabrik agar tetap stabil. Prinsip dasar yang digunakan dalam sistem ini adalah untuk mendinginkan udara menggunakan alat pendingin.

Algoritma yang digunakan untuk mengontrol suhu bisa berfungsi dengan baik jika diprogram dengan benar. Prinsip termodinamika dapat diterapkan dalam pengendalian suhu, dan hal ini membantu mengurangi penggunaan energi yang berlebihan. Secara umum, sistem pendingin berfungsi untuk menjaga suhu, yang dapat mendukung perancangan solusi.

Bab Metode Penelitian

Sarjana Kelas Dunia merancang metode dan pengumpulan data secara jelas, terstruktur, dan sesuai dengan tujuan penelitian, sehingga mudah direplikasi. Pemilihan metode didukung oleh justifikasi akademik dan teknis yang kuat. Mereka menggunakan alat teknik modern dengan hasil terukur dan relevan. Asumsi dan keterbatasan dianalisis secara kritis, sehingga menunjukkan pemahaman yang mendalam terhadap keterbatasan metode/pendekatan yang dipilih.

Sarjana Kelas Kaleng menyusun metode secara umum dan kurang rinci, dengan hubungan yang tidak jelas terhadap tujuan penelitian. Metode yang digunakan dijelaskan seadanya tanpa justifikasi sedalam. Alat yang digunakan terbatas pada Software yang tersedia tanpa penjelasan teknis yang kuat. Asumsi sering kali diabaikan, dan keterbatasan metode hanya disebutkan sekilas tanpa pembahasan mendalam.

Kelas DuniaKelas Kaleng
Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimental kuasi melalui pemodelan sistem pendingin berbasis Model Predictive Control (MPC) yang disimulasikan dalam lingkungan MATLAB/Simulink.

Data operasional sistem pendingin dikumpulkan dari sensor suhu dan tekanan yang dipasang di unit HVAC di Pabrik XYZ selama periode dua minggu, dengan resolusi data 1 menit. Pemilihan MPC didasarkan pada kemampuannya mengantisipasi perubahan beban termal dan mengoptimalkan konsumsi energi secara real-time (Camacho & Bordons, 2013).

Simulasi dilakukan dengan mengasumsikan kestabilan pasokan daya dan konduktivitas termal ruang produksi yang homogen. Validitas metode diuji melalui cross-validation dengan data historis, dan hasil simulasi dibandingkan dengan baseline konvensional (on-off control). Analisis performa mencakup efisiensi energi (kWh/m²), response time, dan thermal comfort index.

Keterbatasan pendekatan ini terletak pada asumsi kestabilan kondisi lingkungan eksternal dan keterbatasan akurasi model termal yang belum mempertimbangkan kelembaban relatif secara dinamis.
Penelitian dilakukan dengan cara mengambil data dari sistem pendingin di pabrik. Data dikumpulkan selama beberapa waktu. Setelah itu, data dianalisis menggunakan Microsoft Excel.

Metode yang digunakan adalah membandingkan sebelum dan sesudah pengoptimalan. Alat yang dipakai sudah umum digunakan di bidang teknik mesin.

Penelitian ini tidak menggunakan banyak asumsi karena data diambil langsung dari lapangan. Metode ini dianggap cukup untuk menjawab tujuan penelitian meskipun mungkin ada keterbatasan, seperti kurangnya waktu untuk pengambilan data.

Bab Hasil dan Pembahasan

Sarjana Kelas Dunia melakukan analisis data secara akurat, berbasis angka, menggunakan metode yang valid dan mendalam. Mereka mengintegrasikan teori ilmiah dan ilmu keteknikan yang relevan, seperti aspek kontrol, efisiensi, dan manajemen dalam analisis. Mereka juga mempertimbangkan aspek ekonomi seperti perhitungan break-even point, penghematan, dan biaya investasi. Pertimbangan etis, sosial, dan lingkungan juga dibahas, termasuk isu keberlanjutan, kondisi pekerja, dan tanggung jawab sosial perusahaan.

Sarjana Kelas Kaleng menyajikan analisis data secara umum tanpa pendekatan kuantitatif atau teknik analisis yang jelas. Integrasi teori ilmiah dan ilmu teknik dalam analisis minim atau tidak terlihat. Tidak terdapat analisis ekonomi kuantitatif, dan pembahasan etika serta dampak sosial-lingkungan bersifat umum dan kurang relevan..

Kelas DuniaKelas Kaleng
Hasil simulasi menunjukkan bahwa penerapan Model Predictive Control (MPC) pada sistem pendingin berhasil menurunkan konsumsi energi sebesar 16,4% dibandingkan metode konvensional on-off. Selain itu, thermal comfort index meningkat sebesar 12%, menunjukkan peningkatan kestabilan suhu ruangan. Analisis sensitivitas terhadap fluktuasi beban produksi mengonfirmasi bahwa MPC mampu mempertahankan kinerja stabil dalam skenario variatif.

Dari sisi ekonomi, investasi awal sebesar Rp150 juta untuk implementasi sistem MPC dapat kembali dalam waktu 1,8 tahun melalui penghematan energi bulanan sebesar Rp7 juta. Sementara itu, pemanfaatan algoritma kontrol canggih ini juga menunjukkan potensi penurunan emisi CO₂ sebesar 11% per tahun, yang mendukung keberlanjutan lingkungan.

Secara etis, penggunaan teknologi ini tidak menggantikan tenaga kerja manusia, melainkan mendukung operator dengan sistem pengambilan keputusan berbasis data. Di samping itu, peningkatan efisiensi energi berkontribusi pada tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pengurangan jejak karbon industri manufaktur (UNEP, 2023).
Setelah dilakukan analisis, sistem pendingin yang dioptimalkan menunjukkan adanya penurunan penggunaan energi. Penurunan ini terlihat dari data yang dibandingkan sebelum dan sesudah dilakukan pengaturan ulang.

Hasilnya cukup memuaskan karena menunjukkan penghematan. Namun, tidak semua data menunjukkan hasil yang sama, ada beberapa fluktuasi. Biaya pemasangan alat baru memang ada, tapi belum dapat dihitung secara rinci karena di Indonesia alatnya belum ada yang menjual.

Solusi yang diberikan bisa digunakan di pabrik-pabrik lain juga. Penelitian ini bermanfaat bagi pabrik dan juga bisa membantu lingkungan.

Bab Kesimpulan

Sarjana Kelas Dunia menyusun kesimpulan yang jelas, terperinci, dan sepenuhnya didukung oleh data serta analisis yang telah dilakukan. Solusi yang diusulkan teruji dan didukung oleh bukti serta analisis yang kuat. Mereka juga secara eksplisit mengidentifikasi keterbatasan penelitian dan memberikan saran pengembangan lanjutan yang terstruktur dan relevan.

Sarjana Kelas Kaleng menyampaikan kesimpulan yang cenderung umum dan tidak sepenuhnya didukung oleh data. Solusi yang ditawarkan relevan namun kurang didukung dengan analisis dan bukti yang cukup. Keterbatasan hanya disebutkan sekilas, tanpa arahan yang jelas untuk pengembangan riset di masa depan.

Kelas DuniaKelas Kaleng
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan Model Predictive Control (MPC) pada sistem pendingin di Pabrik XYZ berhasil mengurangi konsumsi energi sebesar 16,4% dan meningkatkan kenyamanan termal sebesar 12%, yang secara signifikan mendukung efisiensi operasional pabrik. Hasil ini diperoleh melalui simulasi yang cermat dan validasi dengan data historis.

Berdasarkan analisis ekonomi, investasi awal untuk penerapan teknologi ini dapat kembali dalam waktu 1,8 tahun, dengan penghematan energi bulanan yang stabil. Namun, beberapa keterbatasan seperti asumsi kestabilan lingkungan eksternal dan pengaruh kelembaban yang tidak dipertimbangkan dalam model memerlukan penelitian lebih lanjut.

Ke depan, penerapan teknologi yang lebih adaptif terhadap variabel lingkungan dinamis dan integrasi sistem berbasis IoT dapat meningkatkan kinerja sistem secara lebih signifikan. Penelitian ini juga membuka peluang untuk pengembangan solusi serupa di sektor lain, seperti di bangunan komersial, yang memiliki kebutuhan serupa untuk efisiensi energi dan pengurangan emisi karbon.
Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa sistem pendingin yang sudah diubah menunjukkan penghematan energi. Meski ada penghematan, hasilnya tidak selalu konsisten dan fluktuasi data perlu diperhatikan.

Solusi yang diajukan cukup efektif menyelesaikan masalah, tetapi belum diuji kesesuaiannya di semua pabrik. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini adalah waktu yang terbatas untuk mengumpulkan data.

Di masa depan, penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti kelembaban dan kondisi cuaca. Selain itu, pengujian di pabrik lain juga bisa dilakukan untuk mengetahui apakah solusi ini dapat diterapkan secara luas.

Sebagai penutup, tulisan ini menegaskan bahwa perbedaan antara skripsi sarjana teknik Kelas Dunia dan Kelas Kaleng tidak terletak pada kecanggihan alat/metode yang digunakan semata, tetapi pada cara berpikir, menyusun argumen, dan mengintegrasikan ilmu secara sistematis dalam penulisan ilmiah.

Disclaimer: Sebagian konten dalam tulisan ini telah dikembangkan dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan (AI), khususnya dari platform OpenAI ChatGPT dan Google Gemini. AI digunakan sebagai alat bantu untuk mempercepat proses penulisan, menyajikan ilustrasi di awal, dan memberikan contoh penggalan naskah skripsi. Ide utama tulisan merupakan kontribusi orisinal penulis. Penulis tetap melakukan kurasi, pengeditan, dan penyesuaian atas semua konten untuk memastikan akurasi, relevansi, serta kesesuaian dengan konteks pendidikan teknik di Indonesia. Penggunaan AI tidak menggantikan tanggung jawab intelektual penulis, melainkan berfungsi sebagai mitra kreatif dalam pengembangan materi.

Jam biologis tubuh mempengaruhi preferensi wisatawan memilih destinasi

Dalam pasar pariwisata yang semakin kompetitif, memahami perilaku wisatawan menjadi kunci untuk menciptakan pengalaman yang tak terlupakan. Salah satu aspek yang sering terabaikan dalam studi perilaku wisatawan adalah bagaimana preferensi terhadap suasana atau ambiance berubah seiring waktu. Penelitian terbaru oleh Rischa Agustina dan Budhi S. Wibowo dari UGM memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana wisatawan merespons ambiance secara temporal—yakni, bagaimana ekspektasi mereka terhadap suasana berubah dari pagi, siang, hingga malam hari.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa ambiance—yang mencakup elemen sensorik seperti cahaya, suara, warna, dan aroma—memiliki dampak signifikan terhadap pengalaman dan keputusan wisatawan. Namun, meski perubahan suasana sepanjang hari secara intuitif dapat dirasakan, belum banyak studi yang secara sistematis mengeksplorasi bagaimana perubahan waktu memengaruhi preferensi wisatawan terhadap ambiance tertentu.

Untuk menjawab pertanyaan ini, para peneliti mengadopsi pendekatan Kansei Engineering, sebuah metode yang lazim digunakan dalam desain produk dan layanan untuk menerjemahkan persepsi emosional manusia ke dalam variabel kuantitatif. Dengan mengumpulkan data dari 189 wisatawan domestik yang berkunjung ke Yogyakarta, mereka mengukur preferensi suasana wisatawan pada tiga periode waktu—pagi, siang, dan malam—menggunakan kuesioner berbasis skala diferensial semantik yang dikembangkan dari 30 kata sifat (Kansei words) yang merepresentasikan nuansa emosional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa preferensi wisatawan memiliki pola yang sangat konsisten dan berkaitan erat dengan ritme sirkadian. Ritme sirkadian merupakan pola biologis harian yang memengaruhi tingkat energi, suasana hati, dan preferensi aktivitas seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di pagi hari, wisatawan lebih cenderung mencari tempat dengan suasana natural dan lapang—sejalan dengan jam tubuh yang berada dalam fase pemulihan.

Ketika siang menjelang dan tingkat energi berada di puncaknya, preferensi beralih ke ambiance yang meriah dan populer. Wisatawan secara alamiah tertarik pada aktivitas yang bersifat sosial dan dinamis, seperti mengunjungi pasar, atraksi budaya, atau pusat kota yang ramai. Hal ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas otak dan suhu tubuh yang terjadi pada tengah hari, sebagaimana ditunjukkan oleh berbagai studi tentang sirkadian.

Menjelang malam, preferensi bergeser drastis. Wisatawan mulai mencari suasana yang romantis, hangat, dan elegan. Ini adalah waktu di mana kebutuhan emosional akan kenyamanan dan kedekatan interpersonal meningkat, dan tubuh mulai bersiap untuk relaksasi. Restoran dengan pencahayaan lembut, musik akustik, dan suasana intim menjadi favorit. Sebaliknya, aktivitas yang bersifat petualangan atau menantang cenderung dihindari pada malam hari, karena kondisi biologis tubuh yang mulai menurun dalam kesiagaan dan preferensi terhadap ketenangan meningkat.

Kebaruan dari studi ini terletak pada pembuktian ilmiah bahwa pengalaman wisata yang ideal tidak hanya tentang “apa” yang ditawarkan, tetapi juga “kapan” ditawarkannya. Preferensi wisatawan terbukti sangat bergantung pada kondisi biologis harian mereka. Dengan demikian, strategi manajemen destinasi yang mempertimbangkan faktor waktu dan ritme sirkadian dapat menghasilkan dampak yang jauh lebih kuat terhadap kepuasan dan keterikatan emosional wisatawan.

Implikasi manajerial dari temuan ini sangat luas. Operator wisata, hotel, restoran, dan pengelola destinasi perlu menyadari bahwa suasana yang mereka tawarkan tidak bisa bersifat seragam sepanjang waktu. Perencanaan wisata harus mempertimbangkan jam kunjungan dan mencocokkan ambiance yang ditampilkan dengan ekspektasi temporal wisatawan. Pengaturan pencahayaan, alunan musik, bahkan aroma ruangan dapat disesuaikan agar resonan dengan kebutuhan emosional pengunjung pada waktu tertentu.

Dengan mengintegrasikan pemahaman tentang ritme sirkadian ke dalam desain pengalaman wisata, para pelaku industri tidak hanya menciptakan pengalaman yang lebih nyaman dan menyenangkan, tetapi juga meningkatkan efektivitas dalam pemasaran, pengelolaan aliran pengunjung, dan pengembangan produk wisata.

Sumber: Agustina, R., & Wibowo, B. S. (2025). Temporal preferences for ambiance: A study of tourist expectations across the day. Asian Management and Business Review, Volume 5 Issue 1.
Disclaimer: Sebagian konten dalam tulisan dikembangkan dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan (AI) dari platform OpenAI ChatGPT. AI digunakan untuk mengkonversi artikel ilmiah yang merupakan karya asli penulis ke dalam bahasa artikel populer. AI juga digunakan untuk membuat ilustrasi tulisan. Penulis tetap melakukan pengecekan dan pengeditan atas semua konten untuk memastikan akurasi, relevansi, serta kesesuaian dengan sumber aslinya.

Green Information: Kunci Mengubah Perilaku Konsumen Menuju Logistik Berkelanjutan

Layanan pengantaran makanan on-demand (ODFD) memang telah mengubah cara kita menikmati makanan dengan sangat praktis. Namun, ada dampak lingkungan yang besar yang muncul seiring dengan popularitasnya. Peningkatan jumlah kendaraan pengantar yang beroperasi menyebabkan kemacetan lalu lintas, polusi udara, dan emisi karbon yang merugikan lingkungan. Maka, industri ini kini dihadapkan pada tantangan untuk tetap mempertahankan kenyamanan bagi konsumen, tetapi dengan cara yang lebih ramah lingkungan.

Salah satu solusi yang banyak dibahas adalah konsolidasi pesanan, di mana beberapa pesanan digabungkan dalam satu pengiriman untuk mengurangi jumlah kendaraan yang beroperasi. Selain itu, penggantian kendaraan bermotor berbahan bakar fosil dengan sepeda listrik (e-bike) yang lebih ramah lingkungan juga dianggap sebagai pilihan. Namun, kedua solusi ini mengharuskan konsumen untuk menunggu lebih lama. Mengingat bahwa waktu pengantaran yang cepat adalah faktor utama dalam kepuasan pelanggan, solusi ramah lingkungan ini bisa mengurangi kenyamanan yang biasa mereka nikmati.

Biasanya, untuk mengatasi masalah ini, banyak platform pengantaran makanan yang memberikan insentif harga, seperti diskon, untuk mendorong konsumen memilih pengantaran yang lebih ramah lingkungan meski harus menunggu lebih lama. Namun, masalahnya adalah penggunaan diskon sebagai insentif jangka panjang masih diragukan efektivitasnya. Diskon memang dapat menarik perhatian konsumen, tetapi dalam jangka panjang, hal ini justru merugikan profit perusahaan dan tidak membentuk perilaku yang berkelanjutan. Selain itu, fokus pada insentif finansial bisa mengabaikan tujuan yang lebih besar, seperti mendorong konsumen untuk memilih opsi yang lebih ramah lingkungan.

Penelitian ini mencoba menawarkan solusi alternatif dengan menggunakan informasi hijau, yaitu data tentang jejak karbon dari setiap opsi pengantaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah memberikan informasi ini kepada konsumen dapat mendorong mereka memilih pengantaran yang lebih ramah lingkungan, meskipun harus menunggu lebih lama. Hasilnya menunjukkan bahwa informasi hijau dapat mendorong konsumen untuk memilih opsi yang lebih ramah lingkungan, mirip dengan dampak yang diberikan oleh diskon. Yang menarik, ketika informasi hijau digabungkan dengan diskon, tidak ada peningkatan signifikan dalam keputusan konsumen. Hal ini menunjukkan bahwa menekankan informasi hijau saja lebih efektif daripada hanya mengandalkan insentif finansial.

Penelitian ini juga memperkenalkan teori “crowding out” atau efek pembatasan motivasi intrinsik. Secara sederhana, efek crowding out terjadi ketika pemberian insentif eksternal, seperti diskon, malah mengurangi motivasi internal seseorang untuk bertindak dengan alasan pribadi atau nilai yang lebih dalam. Dalam konteks ODFD, ketika konsumen diberi insentif finansial seperti diskon, mereka lebih cenderung melihat pilihan pengantaran yang ramah lingkungan sebagai sekadar cara untuk mendapatkan diskon, bukan sebagai langkah yang mereka ambil demi melindungi lingkungan. Hal ini mengurangi kekuatan motivasi mereka untuk bertindak secara berkelanjutan. Jadi, meskipun diskon bisa menarik perhatian sementara, itu bisa mengurangi dampak positif dari informasi hijau, yang mendorong konsumen untuk lebih sadar akan pentingnya keberlanjutan.

Dari perspektif bisnis, temuan ini memberikan beberapa poin penting. Platform ODFD bisa mulai mengintegrasikan informasi jejak karbon dalam opsi pengantaran mereka, memberikan kesempatan bagi konsumen untuk membuat pilihan yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan. Selain itu, dengan mengurangi ketergantungan pada diskon dan lebih menekankan pada keberlanjutan, perusahaan bisa menciptakan hubungan yang lebih berkelanjutan dengan konsumen, yang tidak hanya berdasarkan pada keuntungan finansial, tetapi juga pada nilai-nilai bersama tentang kepedulian terhadap lingkungan.

Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa informasi hijau bisa menjadi strategi yang efektif dalam mendorong konsumen memilih pengantaran yang lebih ramah lingkungan. Dengan mengurangi fokus pada insentif finansial dan lebih menekankan pada tanggung jawab lingkungan, perusahaan dapat menciptakan model bisnis yang lebih berkelanjutan, mengurangi biaya diskon yang merugikan, dan tetap mempertahankan loyalitas konsumen dalam jangka panjang.

Sumber: Budhi Wibowo, Nabila Zahra & Meirlin Hafilda (16 Sep 2024): Will e-consumers wait longer for a more sustainable on-demand food delivery? A choice experiment using green information, Journal of Foodservice Business Research, DOI: 10.1080/15378020.2024.2404741
Disclaimer: Sebagian konten dalam tulisan dikembangkan dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan (AI) dari platform OpenAI ChatGPT. AI digunakan untuk mengkonversi artikel ilmiah yang merupakan karya asli penulis ke dalam bahasa artikel populer. AI juga digunakan untuk membuat ilustrasi tulisan. Penulis tetap melakukan pengecekan dan pengeditan atas semua konten untuk memastikan akurasi, relevansi, serta kesesuaian dengan sumber aslinya.