Generative AI (GenAI) – seperti ChatGPT, Gemini, atau DeepSeek – makin sering dipakai mahasiswa buat bantu ngerjain tugas kuliah. Tapi pertanyaannya: boleh nggak sih sebenarnya pakai AI?
TL/IDR: boleh, tapi harus tahu etika penggunaannya.
Yuk kita kupas kapan boleh dan tidak boleh pakai GenAI dalam perkuliahan.
Kapan Boleh Pakai AI? ✅
Umumnya, GenAI boleh digunakan untuk hal-hal seperti:
- Brainstorming: Bingung mau nulis apa? Pakai GenAI buat cari ide awal atau bikin outline kasar. Lalu kembangkan gagasan tersebut secara mandiri.
- Meringkas Teks yang Panjang: Pakai AI untuk mendapatkan gambaran umum dan skimming teks panjang, tapi bukan untuk menggantikan proses membaca keseluruhan.
- Belajar Materi Sulit: Minta penjelasan ulang dari AI saat dosenmu ngajarin konsep rumit pakai bahasa alien.
- Ngecek Tata Bahasa: Pakai AI buat ngecek grammar atau nyari kalimat yang lebih enak dibaca.
- Bantu Coding (kalo dibolehkan dosen): Kalau kamu kuliah di jurusan yang butuh ngoding, AI bisa bantu debug atau kasih saran — asal kamu paham konsep dasarnya dulu ya.
- Latihan Soal: Mau belajar sebelum ujian? Suruh AI buatin soal-soal latihan buat ngetes pemahaman kamu.
- Mencari Pendapat yang Berbeda: Minta AI untuk mencari pendapat yang berbeda dengan pendapatmu untuk meperkaya dan mempertajam argumen dalam analisismu.
Kapan Tidak Boleh? 🚫
Beberapa penggunaan AI berikut dapat melanggar etika akademik:
- Mengklaim hasil AI sebagai karyamu sendiri: copas mentah-mentah jawaban dari AI (teks, gambar, suara, video, code) dan mengakuinya sebagai hasil karyamu sendiri.
- Menggantikan tugas berpikir kritis: membuat keseluruhan esai, solusi, dan hasil karya kreatif, yang diharapkan untuk kamu buat sendiri.
- Mengabaikan proses belajar: menggantungkan kepada AI untuk menjawab pertanyaan atau tugas yang sulit tanpa berusaha mengembangkan pemahaman sendiri.
- Membuat kutipan, data, atau referensi palsu hasil karangan AI.
- Mengunggah data sensitif: data privat, data perusahaan, ataupun data sensitif lainnya tidak boleh diunggah ke AI.
Kalau kamu tetap ngelakuin itu bisa-bisa dianggap plagiarisme, dan itu termasuk pelanggaran serius di dunia akademik (e.g. bisa kena sanksi bahkan hingga dikeluarkan dari kampus).
Bagaimana Etika Menggunakan AI? 💕
Kalau kamu pakai GenAI yang berkontribusi signifikan ke isi tugasmu, seperti:
- Membuat outline atau struktur laporan yang benar-benar membentuk hasil akhir tugasmu.
- Menyisipkan kalimat, paragraf, atau ide hasil dari AI, meskipun sudah kamu edit.
- Membuat kode, analisis data, atau solusi spesifik yang jadi bagian tugasmu.
- Meringkas sumber bacaan yang kemudian kamu pakai di tulisanmu.
Maka kamu wajib melaporkan secara transparan dalam sebuah “pernyataan pengungkapan” (disclosure statement) yang minimal berisikan: nama platform AI yang digunakan dan bagaimana cara penggunaannya (misal: brainstorming, meringkas, bantu coding, bikin gambar).
Cara pengungkapan bisa lewat:
1. Pernyataan Umum (Acknowledgment):
“Penulis menggunakan bantuan ChatGPT 4.0 untuk mengembangkan ide awal dan memperbaiki struktur kalimat dalam penugasan ini.”
2. Catatan Kaki (Footnote):
Bagian argumentasi awal dikembangkan dengan bantuan Gemini (akses 14 April 2025) menggunakan prompt: ‘Apa saja dampak sosial dari subsidi energi?'
3. Di bagian metode penelitian:
Selama proses brainstorming, ChatGPT digunakan untuk mengeksplorasi berbagai topik seputar ekonomi sirkular. Ide-ide yang relevan kemudian dikembangkan lebih lanjut dengan kajian pustaka manual.
Mari kita gunakan GenAI sebagai alat bantu belajar, bukan sebagai joki digital. Jika kamu menggunakan AI, maka kamu wajib menyebutkan dengan jujur dan terbuka. Tugas kuliah harus mencerminkan pemahaman dan usaha kamu sendiri. Kalau kamu ragu, tanya dosennya langsung. Setiap kampus dan mata kuliah bisa punya aturan yang beda. Jadi, selalu cek kebijakan di kampus-mu masing-masing ya.
Disclaimer: Sebagian konten dalam tulisan ini dikembangkan dengan bantuan teknologi kecerdasan buatan (AI). Ide utama dan draf awal tulisan merupakan kontribusi orisinal penulis. AI digunakan sebagai alat bantu untuk mempercepat penulisan (OpenAI ChatGPT), mencari dan mengumpulkan literatur yang relevan (Google Gemini), serta menciptakan ilustrasi di awal (ChatGPT). Penulis tetap melakukan kurasi dan pengeditan naskah, serta pengecekan untuk memastikan akurasi dan relevansi. Penggunaan AI tidak menggantikan tanggung jawab penulis, melainkan berfungsi sebagai mitra kreatif dalam pengembangan materi.